Kasus Revan Jadi Pelajaran Buruk Perawatan Medis di Sulsel


Jenazah Revan (1,3) dibawa ke pemakaman, Kamis (27/6/2013).




Laporan Wartawan BERITA LIMA Timur/ Rudhy

BERITA LIMA, MAKASSAR - Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo menyampaikan rasa penyesalan atas kejadian yang menimpah Revan Adiyaksa (1,3) hingga meninggal karena diduga tidak mendapatkan perawatan medis oleh empat rumah sakit karena peralatan terbatas.


'Saya menegaskan Pak Kadis (Kesehatan Sulsel, Dr Rahmat Latief), kejadian ini tak boleh lagi terjadi di Sulsel. Ini pengalaman buruk dan sekaligus menjadi pembelajaran berharga bagi kita semua untuk melakukan evaluasi. Saya tidak mau lagi melihat hal ini terjadi ke depan,' tegas Syahrul dalam keterangan persnya di RM Wisata Bahari Jl Monginsidi, Sabtu (29/6/2013) malam.


Mantan Bupati Gowa dua periode ini menyebutkan, kesehatan gratis di Sulsel berjalan dengan baik. Dan itu dinikmati sejak 2008 silam.


Syahrul juga menyebutkan bahwa atas kejadian ini, dirinya sebagai pimpinan di Sulsel menegaskan dan meminta Dinas Kesehatan Provinsi untuk meminta rumah sakit memperketat sistem atau mekanisme rujukan pasien.


'Sehingga kejadian seperti menimpa ananda Revan Adiyaksa tidak terjadi lagi di Sulsel,' kata Syahrul.


Syahrul juga meminta kepada seluruh stake holder yang menjadi ujung tombak kesehatan gratis untuk lebih mengedepankan sisi kemanusiaan.


'Saya yakin itu sudah dilakukan, tapi saya ingatkan lagi. Yang jelas, sekali lagi kejadian ini adalah pelajaran berharga dan tak boleh terulang lagi,' kata Syahrul.


Syahrul yang tampak didampingi empat kepala RS yang diduga melakukan penolakan perawatan terhadap korban mengaku akan mengevaluasi semua RS yang terindikasi menolak revan.


Adapun masing-masing Direktur dan Kepala Bidang RS yang ikut memberikan klarifikasinya terhadap persoalan yang sebenarnya menimpa pasien.


Antara lain, Direktur RSUD Daya Andi Iriani, Dir RS Wahidin Sudiro Husodo Prof Abdul Kadir, Wadir RS Ibnu Sina Dr Surya Cege, Dir RS Awal Bross Henny Somba dan Kepala Bidang Pelayanan dan Medis RS Akademis Jaury Yusuf Nurul Kamariah.


Berdasarkan hasil klarifikasi masing-masing RS terungkap jelas, jika pasien Revan Adiyaksa tidak pernah ditolak dan tetap tertangani di semua rumah sakit.


Bahkan, ada bukti rekaman CCTV dari RS Wahidin dan rekam medik di masing-masing rumah sakit.


'Apa yang terjadi pada Revan, isunya berkembang sedemikian rupa. Tanpa ingin membuat alasan pembenaran, saya akan menjadikan ini sebagai sebuah hal yang menjadi koreksi ke dalam, bagaimana penanganan rumah sakit terhadap pasien. Terlepas ada kasus ini benar atau tidak,' kata Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) tersebut.


Atas peristiwa tersebut, Ia orang nomor wahid di Sulsel ini kemudian meminta kepada Kadis Kesehatan Sulsel untuk segera memberikan teguran kepada masing-masing rumah sakit yang diduga menolak pasien itu. Minimal secara tertulis.


'Tanggapan itu nantinya akan kita jadikan sebagai bahan referensi, legal standing bagi pemerintah, seperti apa rumah sakit menangani pasiennya,' kata Syahrul.


Ia juga menjelaskan pembuktian jika korban ternyata mendapatkan perawatan secara maksimal oleh pihak rumah sakit berdasarkan adanya rekaman CCTV dan administrasi yang bisa menjadi pertanggungjawaban.


'Artinya, betul-betul tidak ada pembiaran yang dilakukan karena ternyata korban sempat dirawat inap,' ujarnya. (Rud)


Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Kasus Hangat dengan judul Kasus Revan Jadi Pelajaran Buruk Perawatan Medis di Sulsel. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://beritalima.blogspot.com/2013/06/kasus-revan-jadi-pelajaran-buruk.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: _ - Saturday, June 29, 2013

Belum ada komentar untuk "Kasus Revan Jadi Pelajaran Buruk Perawatan Medis di Sulsel"

Post a Comment